IMPLIKASI KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik 

Perkembangan psikomotorik saat pada masa remaja menunjukan gerakan-gerakan yang canggung dan kurang terkoordinasikan. Pada masa ini terjadi perbedaan perkembangan psikomotor antara perkembangan remaja putrid dan remaja putra. Perbedaan proporsi laju pertumbuhan antara berat badan dengan tinggi badan sering menimbulkan ekses psikoloogis seperti si tiang listrik bagi yang terlalu tinggi,dan lain-lain akibatnya keadaan remaja tersebut dapat menimbulkan penolakan diri. Dengan memperhatikan perkembangan fisik anak usia sekolah menengah, pendidikan seyogianya menerapkan suatu model pendidikan yang memisahkan antara pria dan wanita pada saat menjelaskan tentang perkembangan anatomi dan fisiologi. Pendidikan jenis kelamin (lebih dikenal dengan pendidikan seks) hendaknya diberikan secara bijaksana, supaya anak mengenal lebih jauh tentang segala hal yang berkaitan dengan seks.

 2. Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif 
Dalam hal ini perkembangan kognitif, siswa skolah umum telah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal, sprti asosiasi, diferensiasi, komparasi dan hubungan sebab akibat meskipun masih brsifat abstrak dan relatif terbatas. Kecakapan intelektual umum menjalani laju perkembangan terpesat. Kecakapan-kecakapan menunjukan kecenderungan arah perkembangan yang lebih jelas. Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif remaja ini membawa implikasi terhadap pendidikan di sekolah. Guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa skolah menengah. Guru juga dapat mengembangkan model pembelajaran yang memberi peluang bagi siswa unggul memberikan imbas terhadap siswa yang lambat.

3. Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
Perilaku sosial siswa sekolah menegah adalah adanya kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman. Siswa sekolah menengah memiliki ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai dengan komformitas yang tinggi, Hal ni dapat menimbulkan jenakalan remaja bersama gang kelompoknya. Usia remaja adalah usia yang kritis untuk menguji kaidah-kaidah, niali etika dan norma dengan kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan sehari hari orang dewasa. Perkembangan ini seiringan dengan perkembangan cara berfikir dan sikap usia sekolah menengah yang memasuki masa kritis. Sedangkan aspek keagamaan, anak usia sekolah menengah memasuki masa kritis dan skeptis. Pengahayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin atas pertimbangan adannya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Implikasi dari perkembangan perilaku sosial, moral, dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok remaja yang mempunyai tujuan dan program-program kegiatan yang positif brdsarkan minat siswa.
 4. Karakteristik Perilaku Afektif, Kognitif dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah, mulai menunjukan kecenderungan-kecenderungannya. Reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali, dan sering berubah dengan cepat. Kecenderungan minat dan piihan-pilihan karier sudah relative lebih jelas. Masa wsia sekolah menengah ini merupakan masa krisis identitas. Sekiranya kondisi psikososialnya menunjang maka akan tampak identitas yang positif, sebaliknya bila tidak menunjang akan tampak identitas yang negatif. Ambivalensi penerapan nilai dalam berbagai tataran masyarakat dengan disekolah akan menambah kebingungan anak remaja. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan peluang bagi anak usia sekolah menengah untuk belajar bertanggung jawab. 
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH 
 Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi: Rumpun SLTP terdiri atas: 
a) SLTP 
b) Madrasah Tsanawiyah 
c) SMP Kecil dan 
d) SLTP Terbuka

Rumpun SLTP Luar Biasa, yang terdiri atas: 
a) SLB, dan 
b) SLTP

Terpadu Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas: 
a) Paket B
b) Ujian Persamaan SLTP 
c) Diniyah Wustho, dan 
d) Pondok Pesantern

Pada jenjang pendidikan menengah jenis sekolah dibedakan: 
1) SMU 
2) SMK
3) MA

Sedangkan pada jalur pendidikan luar sekolah adalah: 
1) Pondok Pesantern 
2) Paket C
B. IMPLIKASI KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DEWASA TERHADAP PENYELENGGARA PENDIDIKAN 
Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan cara belajar anak-anak. Olehnya itu, proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang dewasa. 
Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal. Ketika orang dewasa memasuki usia 40 keatas, jarak pandang akan berkurang, pendengaran pun juga mengalami kemunduran. Selain penurunan kemampuan fisik, Knowles (Syamsu Mappa dan Anisah B, 1994:112) menegaskan adanya perbedaan antar belajar bagi orang dewasa(Andragogi) dengan belajar anak-anak(Pedagogi) dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka.

Terdapat empat asumsi utama yang membedakannya, antara lain: 
1) Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri. 
2) Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam kegiatan belajar. 
3) Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari tentang permasalahan yang kini mereka hadapi dan dianggap relevan. 
4) Pebedaan dalam orientasi kearah kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subjek.

Dengan memperhatikan perbedaan orang dewasa dengan anak-anak diatas, maka pembelajaran yang cocok bagi orang dewasa adalah pembelajaran yang menerapkan: 
1) Menemukan sendiri, 
Rogers menyebutnya sebagai belajar berpengalaman. Ada tiga unsure penting dalam belajar pengalaman ini, antara lain:
  a) Peserta didik dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.
  b) Apabila kesadaran akan masalah sudah terbentuk, maka akan terbentuk pulalah sikap terhadap masalah  tersebut.
  c) Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis.

2) Belajar pemecahan masalah, tipe belajar ini hampir mirip dengan belajar menemukan sendiri, dimana orientasinya pada adanya masalah.

3) Belajar konsep, tipe belajar orang dewasa lebih diarahkan kepada belajar konsep , belajar atur-aturan yang merupakan kemampuan merespons terhadap keseluruhan isyarat. Di samping ketiga model belajar tersebut, model pendidikan yang tepat bagi orang dewasa adalah model pendidikan yang memadukan antara pendidikan formal dengan pendidikan luar sekolah. Ciri khas pendidikan orang dewasa adalah fleksibel dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA 

 1) Sumantri, Mulyani (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
2) Sofa (2008). Perkembangan Orang Dewasa. Tersedia di: http://massofa.wordpress.com/ 2008/02/03/perkembangan-orang-dewasa/
3) Jayanti, Ririn (2010). Oranag dewasa. Tersedia di: http://smartfy.blogspot.com/2010/05/orang-dewasa.html