NASIONALISME

Nasionalisme merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu nation yang berarti bangsa. Nasionalisme merupakan suatu sifat secara psikologis yang dimana mencintai bangsanya sendiri. Bangsa merupakan kumpulan manusia yang menetap di wilayah yang sama dan memiliki cita-cita yang sama (Pendidikan & Pelatihan, 2019). Nasionalisme merupakan sifat untuk berjuang agar tidak tertindas, nasionalisme merupakan suatu kesadaran diri bahwa setiap warga negara itu sama dan sebangsa sehingga tidak patut untuk memecahkan diri karena sama-sama satu penderitaan (Sukarno, 1963). 

Banyak faktor yang menyebabkan nasionalisme ini timbul seperti kesamaan nasib, masuknya paham-paham dari barat, adanya kaum intelektual dan lain sebagainya. Bangsa Indonesia sendiri muncul rasa nasionalisme dikarenakan adanya penjajahan asing yang berlangsung lama. Penjajahan ini membuat rakyat menjadi tersiksa dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang. Pada saat itu pemerintah kolonial Hindia Belanda hanya berfokus untuk memerah sumber daya alam. Hal ini membuat rakyat terlantar dan kurang maju dalam pendidikan. Rakyat pun mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Maka dari itu rakyat yang memiliki kelebihan atau yang memiliki hak khusus dalam belajar seperti kaum ningrat dan orang yang memiliki kelebihan untuk belajar pun juga memikirkan kesulitan saudaranya yang masih mengalami diskriminasi dalam kehidupannya.

Nasionalisme di Indonesia diawali dengan berdirinya organisasi pergerakan nasional pertama yaitu Boedi Oetomo yang berdiri pada 20 mei 1908 di STOVIA. Gagasan organisasi ini muncul dari Dr. Wahidin Sudirohusodo dan di pimpin oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Hal ini merupakan suatu tongak bahwasanya nasionalisme di Indonesia mulai terjadi. Walaupun ada kalangan bahwasanya Boedi Oetomo bersifat kesukuan Jawa akan tetapi apada akhirnya terlihat bahwasanya hal ini mulai melebar. Hal ini dapat di lihat dari pergerakannya yang semakin lama menuju politik. Soewardi Soerjaningrat bahkan menulis artikel yang menyindir pemerintah Hindia Belanda pada masa itu artikelnya dalam bahasa Belanda berjudul Als Ik Eens Nederlander was artinya “Seandainya Saya Seorang Belanda” yang membuat dirinya ditahan oleh pemerintah Hindia Belanda.  Setelah terjadinya hal diatas perkembangan selanjutnya ada di tahun 1928 yang dimana seluruh organisasi pemuda bersatu dan bersumpah yang isinya berbangsa, berbahasa, dan bertanah air satu Indonesia. Dari sumpah ini dapat disimpulkan bahwasanya nilai nasionalisme sudah berkembang dan menghendaki persatuan yang sebenarnya. Hal ini berlanjut hingga masa kemerdekaan hingga masa reformasi. Nasionalisme terus dikembangkan sehingga menjaga negara ini karena Indonesia merupakan negara yang baru merdeka sehingga sikap atau rasa nasionalisme ini ada untuk membuat negara ini lebih maju kedepannya.

 

AGAMA

Dalam membicarakan negara Indonesia ini tidak dapat jauh dengan agama. Agama atau kepercayaan ini merupakan pedoman di dalam setiap individu masyarakat yang ada sejak dahulu kala. Agama dan negara merupakan dua keberadaan yang dialektis. Agama dan negara memiliki hubungan yang tidak pernah selesai hingga sekarang. Di dalam agama juga terdapat peraturan-peraturan yang mengikat individu atau masyarakat yang menganut nya. Di Indonesia hal ini tidak pernah terlepas sejak dahulu sebelum merdeka organisasi keagamaan seperti Sarekat Islam, Nadhlatul Ulama, Muhammadiyah dan lainnya (Ihsan & Nurhayati, 2015). 

Dalam hal ini agama Islam memiliki pengaruh yang besar di negara ini. Umat Islam pada masa itu juga berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme dari barat yang tidak sesuai dengan apa yang diyakini oleh seluruh umat. Karena hal ini tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh agama. Maka dari itu umat islam juga melakukan gerakan yang revolusioner bukan saja di Indonesia hal ini pun juga berlangsung di negara lainnya yang terjajah (Sukarno, 1963). Pada dasarnya yang menyatukan berbagai individu ini juga agama, akan tetapi di Indonesia sendiri agama atau kepercayaan juga beragam. Tentu dengan adanya kekuatan besar di salah satu agama atau kepercayaan ini dapat membuat perpecahan. Ada juga penganut agama lain yang ikut berjuang demi kemerdekaan bangsa ini, sebut saja agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, maupun agama lainnya yang rela berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Pada dasarnya ajaran agama ini tetap baik dan dapat berdampingan dengan pemikiran yang lain. Akan tetapi ada oknum kelompok yang ingin menjadikan aturan agamanya menjadi landasan dasar negara. Hal ini tentu tidak sesuai dengan apa yang di cita-citakan seluruh rakyat Indonesia yang beragam. Maka dari itu kaum Agama sebenarnya merupakan kekuatan yang besar bagi negara, karena keadaan mereka juga sama dengan masyarakat yang lain. Dalam kehidupan bernegara pun tidak lepas dari mereka juga. Hingga sekarang pun kaum Agama ini ada sebagai pengimbang kekuatan negara, sehingga tidak ada yang saling mengunggulkan dirinya. Walaupun ada batasan-batasan yang mengatur agar dua unsur ini yaitu negara dan agama dapat memberikan keadilan yang seutuhnya walaupun berbeda dalam aliran maupun agamanya. Karena hubungan antara umat beragama ini harus dijaga hal ini juga di contohkan seperti adanya piagam Madinah yang dimana menandai keberagaman yang ada saat itu sehingga Islam yang merupakan mayoritas dapat mengayomi umat minoritas (Dahlan, 2014). Maka dari itu hal inilah yang sebenarnya melatar belakangi Indonesia walaupun banyak umat Islam akan tetapi tidak memaksakan diri dalam menjalankan negaranyamenggunakan syaiat Islam karena untuk memberikan pengayoman bagi umat agama maupun kepercayaan yang lain.

 

KOMUNISME

Komunisme berasal dari kata Komunal yang berarti milik rakyat atau umum. Komunisme sendiri merupakan paham atau ideologi yang berlandaskan sosialisme dan Marxisme. Karena pada dasarnya hal ini merupakan gerakan sosial yang sama akan tetapi komunis lebih condong untuk melakukan revolusi yang radikal (Rujikartawi, 2015). Pada dasarnya Marxisme yang menjadi landasan dari komunisme yang sekarang ini berbeda dengan yang dijalankan pada saat ini yang dimana bertujuan untuk menghapuskan kelas dan merealisasikan kepemilikan bersama demi kebaikan kaum proletar atau buruh yang mengalami penindasan oleh kaum borjuis atau pemodal.

Hal ini terjadi karena kaum kapitalis memperalat kaum buruh untuk mencapai keinginan mereka yaitu biaya produksi seminimal mungkin akan tetapi untung yang didapatkan banyak. Hal ini terjadi karena adanya stratifikasi sosial antara kaum pemodal atau borjuis serta buruh yang bekerja. Kaum pemodal memiliki kases pada bahan baku mesin dan lain sebagainya sedangkan kaum buruh hanya memiliki tenaga yang disalurkan untuk menghasilkan produk (Aji, 2015). Dalam keterangannya Sukarno berkata bahwa Karl Marx membawa harapan bagi kaum bawah yang tertindas sehingga melalui pemikiran nya berusaha untuk mengangkat kaum ini agar lebih baik. Maka dari itu perjuangan yang di inginkan oleh kaum komunis ini adalah kesetaraan dalam ekonomi. Walaupun dalam gerakan yang begitu radikal bahkan meninggalkan luka bagi bangsa ini akan tetapi apa yang di inginkan kaum komunis ini merupakan cita-cita yang di inginkan juga oleh masyarakat Indonesia yang sebenarnya sudah menjadi tujuan bernegara yaitu sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apa yang dibawa kaum komunis di Indonesia ini sebenarnya sudah tidak murni banyak tambahan dan penyesuaian yang ada di dalamnya. Dimana pemimpin kaum komunis di Indonesia ini berkaca pada komunis yang ada di cina yang di jalankan oleh Mao Zedong. Komunis di Indonesia ini bergerak dan tumbuh di kaum petani yang dimana selalu mengalami penindasan oleh para pengepul hasil panen. Maka dari itu tokoh seperti D. N. Aidit memanfaatkan hal ini sebenarnya petani ini merupakan masa yang besar dan dapat menciptakan perubahan. Akan tetapi hal ini tidak di perhatikan oleh semua orang pada masa itu. Petani yang juga merupakan tiang penyangga kehidupan ini juga menuntut perubahan. Sehingga apa yang ia jalani hingga saat ini dapat berubah lebih baik lagi. Maka dari itu petani harus dipersenjatai dengan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan suatu celah yang dimanfaatkan oleh kaum komunis untuk mencapai apa yang dia inginkan yaitu revolusi secara masif. Dengan memberikan pengetahuan terkait dengan komunisme dan dasarnya maka petani pun merupakan unsur yang sangat banyak di negara ini. Sehingga pada masa awal kemerdekaan petani ini pun merupakan unsur negara yang kuat. Ajaran dari komunisme Sosialisme mengenai masyarakat tanpa kelas dapat dengan mudah diterima di masyarakat Indonesia, terutama bagi kaum buruh yang dari dulu sudah mengalami penindasan dan penganiayaan (Wiratama, 2021)

Selain itu juga walaupun Komunisme memberikan luka yang dalam di negara ini kita juga tidak boleh lupa, bahwasanya kaum komunis ini juga pernah berjuang untuk kemerdekaan walaupun jalan yang mereka tempuh berbeda. Pada masa penjajahan gerakan komunis ini bahkan pernah dilarang karena terlalu mengancam bagi pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan pun komunis menjadi salah satu kekuatan utama yang mendominasi negara ini selain kaum nasionalis dan Agama. Hal ini pun karena latar belakang komunis sendiri yang berdiri karena adanya kesamaan impian dan penderitaanyang dialami. Sehingga kader-kadernya menjamur dan rakyat sendiri yang menginginkan perubahan yang setara.


NASAKOM

Nasakom atau dapat dijabarkan menjadi Nasionalis, Agama, dan Komunis merupakan konsep ideologi yang dilahirkan oleh Sukarno untuk menyatukan keseluruhan unsur ini. Bahwasanya  semua unsur ini harus Bersatu, baik itu kaum Nasionalis, Agama, dan Komunis ini merupakan unsur yang ada sejak dulu sehingga semua unsur ini haruslah berdamai dan saling menyokong (Ir. Soekarno, 1963b). Pemikiran Sukarno tentang NASAKOM sendiri telah tercermin jauh sebelum Era Demokrasi Terpimpin, tepatnya pada tahun 1926 ia menuliskan sebuah Artikel tentang persatuan tiga konsep utama gerakan pra-kemerdekaan yaitu Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme (Ir. Soekarno, 1963a). Semua unsur ini juga merasakan apa yang disebut penindasan. Kaum nasionalis merasakan hidup dalam kekangan penjajah, kaum Agama pun sama halnya menginginkan kebebasan yang juga merupakan salah satu unsur yang ada di agama. Kaum komunis pun juga merasakan hal yang sama yaitu penindasan terutama di kaumnya kelas bawah dan harus mengalami diskriminasi. Maka dari itu Nasakom muncul untuk menyatukan keseluruhan unsur tersebut.

Apabila suatu individu atau masyarakat mengamalkan Pancasila maka ia secara tidak langsung juga mempraktekkan Nasakom itu sendiri. Apabila Pancasila itu merupakan intinya maka Nasakom lah yang ada di sekitarnya, yang diperjuangkan oleh Nasakom adalah persatuan antar unsur yang dimana didalamnya pasti ada pertentangan. Disini yang terlihat jelas adalah pertentangan antara kaum Agama dan komunis karena adanya perbedaan pendapat terkait konsep ketuhanan. Akan tetapi disini perjuangan yang di tuju itu sama maka dari itu unsur ini haruslah bersatu untuk mencapai tujuan yang sama yaitu membebaskan diri dari penjajahan  (Pamudyaningtyas, 2011). Di dalam nasakom juga terdapat kontra yang menganggap bahwasanya Nasakom ini merupakan alat Sukarno dalam melegitimasi kekuasaan. Karena sudah terlihat jelas bahwasanya unsur-unsur diatas yang merupakan mayoritas yang ada di negara ini. Walaupun begitu Nasakom sendiri pernah dilaksanakan pada tahun 1959-1965 hal ini terlihat jelas saat setiap lembaga pemerintahan yang dimana setiap unsur ini ada yaitu kaum nasionalis, Agama, dan komunis (Winata, 2017). Dengan adanya persatuan tersebut menjadikan Nasakom semakin kuat dalam menyatukan segala unsur. Namun pada akhirnya yang mendapat kekuatan paling banyak adalah kaum komunis pada saat itu, bahkan Sukarno sendiri memberikan perhatian khusus pada kaum ini. Bukan suatu rahasia lagi bahwasanya Sukarno pada saat itu dekat dengan kaum partai komunis. Karena pada dasarnya Sukarno sendiri merupakan penganut paham sosialisme. Salah satu wujud sosialisme Indonesia menurut Sukarno adalah terwujudnya kemerdekaan seluruh bangsa yang dapat dipadukan pada aspek kebudayaan (Wiratama, 2021).

Hal ini dapat diketahui dari hasil-hasil pemikirannya dan tindakan apa saja yang ia lakukan pada saat itu yang cenderung mengarah ke timur. Jadi nasakom ini bisa disebut juga sebagai aliran kiri yang ada di Indonesia dan berusaha untuk menyatukan nasionalis, Agama, dan komunis. Dimana mencapai kesatuan yang utuh dalam bernegara karena masyarakat Indonesia ini majemuk. Banyak kaum atau golongan yang tinggal di Indonesia, sehingga Nasakom perlu sebagai perekat antar kaum atau golongan, khususnya pada masa tahun 1959-1965. 

Lalu bagaimana hubungannya dengan Pancasila? Baca Hakekat Pancasila disini….

Referensi

Aji, R. H. S. (2015). Stratifikasi Sosial Dan Kesadaran Kelas. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 2(1), 34–37.

Cenne, A. A. (2016). Pemikiran Politik Soekarno Tentang Nasakom Rentang 1959-1966. Skripsi Universitas Hasanuddin. Retrieved from
https://core.ac.uk/download/pdf/77629101.pdf

Cholisin. (2012). Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya Dengan Kondisi Saat Ini. Universitas Negeri Yogyakarta, 1–8.

Dahlan, M. (2014). HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA A . Pendahuluan kehidupan umat manusia . 1 Perubahan dan dinamika tersebut juga Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ), Majelis Mujahidin Indonesia ( MMI ) dan Laskar Jihad ( LJ ) yang memiliki pandangan bahwa agama dan negara bersifat. Studi Keislaman, 14, 1–28.

Enda, T. N. (2022). Kajian proses islamisasi di nusantara (studi analisis masjid al – mubarok di desa kacangan kecamatan berbek, kabupaten nganjuk). Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi, 2(1), 69–75.

Ihsan, A. B., & Nurhayati, C. (2015). Agama, Negara, & Masyarakat : Tokoh Agama di Tengah Politik Identitas Warga Kota. Ir. Soekarno. (1963a). Di Bawah Bendera Revolusi. Di Bawah Bendera Revolusi.

Ir. Soekarno. (1963b). Soekarno-DibawahBenderaRevolusi Jilid 1 (pp. 1–671). pp. 1–671.

Nara Setya Wiratama, Agus Budianto, Z. A. (2021). PERKEMBANGAN SOSIALISME DI DUNIA ABAD KE-19 SERTA PENGARUHNYA DI INDONESIA. Danadyaksa Historica, 1(2), 128–140.

Pamudyaningtyas, B. M. (2011). GAGASAN SOEKARNO TENTANG NASAKOM DAN SOSIALISASINYA PADA TAHUN 1960 – 1965. Repository.Usd.Ac.Id, 158. 

Pendidikan, P., & Pelatihan, D. A. N. (2019). Utama Andri A. ST. MT. Nasionalisme, 6. Rujikartawi, E. (2015). Komunis: sejarah gerakan sosial dan idiologi kekuasaan. Qathruna, 2(2), 75–86.

Samho, B., & Setiawan, R. (2015). Mengartikulasi Pancasila Menjadi Spiritualitas Kehidupan Bangsa Indonesia Yang Majemuk: Sebuah Kajian Filosofis. Research Report –Humanities and Social Science, 2(0), 1–96.

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Winata, L. (2017). NASAKOM SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA TAHUN 1959-1965. Journal Pendidikan Sejarah, 5(3).

Wiratama, N. S. (2021). KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. ISTORIA: Jurnal Pendidikan Dan Sejarah, 17(1)