Cerita dalam Relief Bubuksah-Gagangaking
Dalam relief Bubuksah-Gagangaking menceritakan antara 2 saudara yang memiliki karakter berbeda. Meskipun memiliki karakter yang berbeda, kedua saudara tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai puncak tertinggi dalam kehidupan agar terlepas dari duniawi agar dapat masuk nirwana (surga). Kedua tokoh tersebut menjalankan kehidupan yang berbeda, dimana Bubuksah menjalankan
ritualnya dengan cara menikmati seluruh kenikmatan dunia, sedangkan Gagangaking membatasi kehidupannya. Hingga pada akhirnya datanglah penguji Bubuksah dan Gagangaking dimana pengujinya sebenarnya adalah dewa siwa yang berubah menjadi Singa. Pada saat Singa tersebut hendak makan Gagangaking, Gagangaking lalu berkata bahwa ia terlalu kurus tidak akan mengenyangkan perutmu, kalau ingin memakan daging manusia maka makanlah saudaraku Bubuksah yang berbadan gemuk. Hingga akhirnya pergilah singa tersebut ketempat Bubuksah. Pada saat singa mengatakan kelaparan dan ingin memakan Bubuksah, Bubuksah langsung menjawab makanlah aku karena dia sudah saatnya menghadap sang Hyang Widhi (Dewa). Akhirnya singa tersebut berkata jujur bahwa dia diminta Bathara Guru untuk mengujinya dan kakaknya. Karena ketulusan Bubuksah akhirnya Bubuksah diantar menuju nirwana dengan naik ke punggung singa. Akan tetapi sebelum berangkat Bubuksah mempunyai satu permintaan yaitu mengajak kakaknya yang juga sudah melakukan pertapaan. Akhirnya kedua tokoh tersebut bersama-sama naik ke nirwana dimana bubuksah naik diatas punggung singa, sedangkan Gagangaking berpegangan pada ekor singa.
Nilai yang terkandung dalam relief bubuksah-gagangaking di Candi Surowono
Candi Surowono adalah sebuah candi yang dibangun untuk pendharmaan Wijayarajasa (Bhre Wengker) pada abad ke 14. Secara strategis Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri merupakan tempat Candi Surowono berada. Didalam Candi Surowono ini terdapat keragaman hayati dimana salah satunya adalah relief bubuksah-gagangaking. Dalam relief bubuksah-gagangaking ini terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat di jadikan bahan belajar peserta didik meliputi religius, toleransi, kerja keras, demokratis, cinta damai dan peduli sosial.
a. Religius
Religius merupakan bayangan, tutur kata, serta aksi seorang yang diupayakan senantiasa bersumber pada nilai-nilai ketuhanan ataupun ajaran agama (Asmani, 2013: 37). Dalam relief cerita Bubuksah-Gagangaking diceritakan bahwa Bubuksah dan Gagangaking menjalankan pertapaannya berdasarkan keyakinan dan niat tulus masing-masing terhadap tuhannya agar dapat mencapai nirwana (surga). Karakter religius menjadi nilai karakter dasar / pondasi yang wajib diaplikasikan oleh peserta didik guna membentuk manusia berbudi luhur.
b. Toleransi
Toleransi merupakan sikap saling menghargai, menghormati perbedaan pandangan dan kepercayaan antar sosial manusia. Toleransi ialah perilaku membiarkan orang lain untuk bisa melaksanakan suatu cocok dengan keperluannya (Santoso, 2020: 272). Secara umum toleransi merupakan suatu perilaku ataupun sikap manusia yang tidak keluar dari ketentuan, dimana seorang menghargai ataupun menghormati tiap aksi yang orang lain jalani. Toleransi dapat berarti membagikan izin, legitimasi, maaf, membolehkan, kelapangan dada, lisensi, murah hati serta kedermawanan ( Mursyid, 2016: 39) Dalam relief cerita Bubuksah-Gagangaking juga menceritakan dan memberikan ajaran tentang pentingnya toleransi, dimana dalam relief Bubuksah-Gagangaking diceritakan bahwa Bubuksah dan Gagangaking menjalankan ibadahnya berdasarkan keyakinannya tanpa meremehkan atau mencampuri urusan ibadah satu sama lain meski keduanya beribadah dengan cara yang berbeda.
c. Kerja keras
Kerja keras merupakan sikap bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas serta tidak kenal sosial dan tidak akan berhenti sebelum target atau tujuannya tercapai (Asmani, 2013: 37). Dalam relief Bubuksah-Gagangaking ditemukan nilai kerja keras, hal tersebut dapat ditemukan dalam relief yang menceritakan tentang usaha Bubuksah dan Gagangaking yang tetap menjalankan pertapaannya meskipun sudah diberi cobaan oleh dewa Siwa yang menjelma sebagai singa dengan tujuan memangsa Bubuksah dan Gagangaking yang sedang bertapa.
d. Demokratis
Demokratis merupakan metode berpikir, berlagak, serta berperan yang memperhitungkan hak serta kewajiban diri sendiri serta orang lain itu sama (Asmani, 2013: 37). Demokratis merupakan nilai tentang sikap memuliakan keselarasan hak seseorang, maksudnya hak diri sendiri serta orang lain itu sama. Dalam relief Bubuksah-Gagangaking menceritakan dan memberikan ajaran tentang nilai demokratis, dimana Bubuksah mempersilahkan Gagangaking untuk melakukan ibadah di tempat yang ia inginkannya dan cara yang diyakininya, Gagangaking juga sama mempersilahkan Bubuksah untuk beribadah di tempat yang ia inginkan dan cara yang diyakininya.
e. Cinta damai
Cinta damai merupakan nilai yang mengajarkan tentang cara membuat orang lain merasa bahagia melalui perilaku, perkataan dan perbuatan. Bagi Sahlan serta Angga ( 2012: 39), cinta damai merupakan sikap, perkataan, serta tindakan yang dapat menyebabkan orang lain senang dan aman atas kehadirannya. Dalam relief Bubuksah Gagangaking juga menceritakan dan memberikan ajaran tentang nilai cinta damai, dimana ketika Gagangaking diberi tawaran menuju nirwana ia tidak mau berangkat jika tidak bersama saudaranya yaitu Bubuksah. Meskipun keduanya memiliki keyakinan yang berbeda Gagangaking tetap mencintai dan mengkasihi Bubuksah dengan mengajaknya menuju ke nirwana.
f. Peduli sosial
Peduli sosial merupakan nilai yang mengajarkan tentang sikap untuk mempedulikan lingkungan sekitar dan tidak bersikap tak acuh terhadap persoalan-persoalan yang terjadi disekelilingnya. Dalam cerita bubuksah-gagangaking ini kedua tokoh tersebut melakukan kegiatannya dengan peraturannya, dimana bubuksah diperbolehkan memakan semuanya sedangkan gagangaking membatasi dengan kehidupan duniawi.
Referensi:
Asmani, J. M (Eds). 2013. Buku Panduan Intrenalisasi Pendidikan Katrakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press
Mursyid, S. 2016. Konsep Toleransi (Al-Samahah) antar Umat Beragama Perspektif Islam. Jurnal AQLAM. https://media.neliti.com/media/publications/240915konsep-toleransi-al-samahah-antar-umat-b-3d857d3a.pdf
Sahlan, A dan Angga Teguh, P. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Santoso, R. 2020. Membangun Toleransi Umat Beragama di Indonesia Berdasarkan Konsep Deklarasi Kairo. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo. https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/download/1210/pdf