Oleh: Nara Setya Wiratama, S.Pd.
Tulisan ini Saya tulis pada Ba’da Ashar Selasa Pon 21 Oktober 2014 Pk. 17.00WIB sebagai refleksi menjelang tanggal 1 Muharram atau orang sering menyebutkan 1 Suro. Lalu Ada apa di balik tanggal 1 Suro tersebut ditinjau dari pendekatan Historis, agama, dan tradisi? Apa keistimewaan bulan Suro / Muharram  tersebut? Mengapa Bulan Suro identik dengan perilaku mistis ? Syirik/Musyrik kah melakukan kegiatan ritual di bulan Suro / Muharram tersebut? Semoga tulisan Saya ini sedikit memberikan wawasan mengenai hal tersebut.
Ditinjau dari historis perspektif Islam, sebenarnya tanggal 1 Muharram merupakan tahun baru yang diambil dari peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Kota Makkah ke Madinah, untuk menghindari jatuhnya korban oleh serangan kaum musyrikin dan kafir Quraisy. Untuk menghindari semakin banyaknya korban berjatuhan di kalangan kaum muslimin, maka Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk melaksanakan hijrah atau pindah dari Makkah ke Madinah. Momentum peristiwa hijrah inilah yang dijadikan titik awal perkembangan Islam dan pembentukan masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah SAW.  Pada masa Khalifah Umar bin Khotob, beliau menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah. Dari perspektif agama, jelas bahwa bulan Muharram merupakan tahun baru bagi kaum muslimin dan merupakan bulan yang penuh berkah. Lalu pertanyaannya, mengapa pada tahun baru Islam ini justru tidak banyak orang yang mau merayakannya? Padahal sudah jelas, sebagai seorang muslim seharusnya ia merayakan pergantian tahun itu pada 1 muharram ini, bukan 1 Januari seperti kebanyakan perayaaan selama ini.
1 Muharram merupakan salahsatu bulan istimewa dalam kalender hijriyah, sedangkan ungkapan Suro merupakan penyebutan orang Jawa dalam kalender Jawa. Selama ini kita sering mendengar berbagai berita miring bahwa pada bulan suro banyak kesialan dan apes bagi orang-orang tertentu. Sebenarnya kesialan dan keapesan tersebut merupakan peringatan dari Tuhan agar manusia senantiasa eling lan waspada dalam menapaki kehidupan di dunia.  Lalu mengapa selama bulan Muharram / Suro tersebut kita diminta untuk eling lan waspada

Di bulan Muharram atau Asyura atau bulan Suro (orang Jawa) berbagai kejadian mukjizat pernah ditampakkan oleh Allah SWT, antara lain :
  1. Allah SWT pertama kali menciptakan alam semesta;
  2. Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS;
  3. Nabi Adam AS bertaubat kepada Allah SWT dan diterima oleh-Nya;
  4. Allah SWT mengangkat Nabi Idris AS ke langit;
  5. Allah SWT menyelamatkan Nabi Nuh AS dan kaumnya dari banjir selama 6 bulan 10 hari;
  6. Nabi Ibrahim AS lahir di muka bumi;
  7. Allah SWT menerima taubat Nabi Ibrahim AS;
  8. Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari pembakaran oleh raja zalim Namrud;
  9. Allah SWT menurunkan Kitab Taurat kepada Nabi Musa AS;
  10. Nabi Yusuf AS diselamatkan Allah SWT dari sumur tua di padang pasir. Nabi Yusuf dibuang ke sumur oleh para saudaranya yang sangat jahat padanya;
  11. Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara karena fitnah Zulaihah;
  12. Nabi Yakub AS disembuhkan dari penyakit butanya;
  13. Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, untuk menyelamatkan kaumnya dari kejaran bala tentara raja Fir’aun yang biadab;
  14. Allah SWT menyelamatkan Nabi Yunus AS yang ditelan ikan paus besar. Nabi Yunus AS terdera 40 hari 40 malam di perut ikan paus, hingga Allah SWT mengeluarkannya dari ikan paus tersebut;
  15. Nabi Ayub AS disembuhkan dari penyakit super-berat yang tak tersembuhkan;
  16. Allah SWT mengampuni kesalahan Nabi Dawud AS;
  17. Allah SWT pertama kali menurunkan rahmat;
  18. Allah SWT pertama kali menurunkan hujan;
  19. Allah SWT menganugerahkan kerajaan sangat besar pada Nabi Sulaiman AS;
  20. Lauhil-Mahfudz diciptakan Allah SWT;
  21. ‘Arasy diciptakan Allah SWT;
  22. Allah SWT menciptakan Malaikat Jibril AS;
  23. Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS ke langit;
  24. Allah SWT menyelamatkan Ka’bah dari bencana banjir besar (disadur dari berbagai sumber).
Begitu istimewanya bulan Muharram ini apabila kita memahami dan menyikapinya secara bijak, tanpa mengambinghitamkan terhadap orang-orang yang mengadakan acara-acara khusus atau ritual tertentu selama bulan Muharram ini. Pada dasarnya mereka, khususnya masyarakat yang menganut aliran Kejawen mengatakan bahwa bulan Muharram atau bulan Suro merupakan bulan yang paling cocok untuk bertafakur, meditasi, merenung atas segala perilaku kita di tahun sebelumnya guna menapaki kehidupan kedepan agar lebih baik lagi. Karena di bulan tersebut Allah SWT telah menurunkan berbagai mukjizat diluar nalar manusia, agar manusia selalu ingat akan sangkan paraning dumadi, asal usul dan tujuan hidup manusia. Sehingga dalam masyarakat Jawa biasanya kegiatan seperti khitan, pernikahan dan kegiatan lainnya yang mengundang kegembiraan dan senang-senang biasanya ditunda. Hal ini bukan berarti tidak boleh, namun leluhur kita dahulu menginginkan bahwa selama bulan Muharram / bulan Suro ini untuk memperbanyak introspeksi dan berkaca pada diri, prihatin, mawas diri, yang akhirnya tercipta bathiniah yang Eling Lan Waspada. Banyak diantara mereka masyarakat Jawa melakukan kegiatan tapa mbisu, puasa, larung sesaji, mencuci pusaka, dan lain-lainnya hanya semata-mata ingin mensinkronkan antara alam semesta dengan diri pribadi.
Sungguh ironis apabila ada orang atau golongan tertentu yang begitu mudahnya mengatakan bahwa orang yang melakukan berbagai kegiatan ritual selama bulan Suro adalah merupakan kegiatan Syirik / Musyrik. Anggapan seperti itu timbul karena disebabkan kurangnya  pemahaman sebagian orang akan makna yang mendalam di baliknya.Musrik atau syirik berkaitan erat dengan cara pandang batiniah dan suara hati, jadi sulit menilai hanya dengan melihat perbuatannya saja.  Jika musrik dan syirik diartikan sebagai bentuk penyekutuan Tuhan, maka punishment terhadap tradisi bulan Sura itu  jauh dari kebenaran, alias tuduhan tanpa didasari pemahaman yang jelas dan beresiko tindakan pemfitnahan, naudzubilahi mindzalik. Biasanya anggapan musrik dan syirik muncul karena mengikuti trend atau ikut-ikutan pada perkataan seseorang yang dinilai secara dangkal layak menjadi panutan. Padahal tuduhan itu jelas merupakan kesimpulan yang bersifat subyektif dan mengandung stigma, dan sikap menghakimi secara sepihak. Mendalami Agama tertentu sangat baik, namun apabila pemahaman beragama yang berlebihan maka kefanatikan lah yang akan didapatnya bahwa menganggap aliran agamanya yang paling sempurna dan baik. Bahkan, sesama agama saja saling menjatuhkan hanya karena beda tafsir. Seperti cuplikan Syi’ir Tanpo Waton berikut: “Akeh kang apal Qur’an Haditse (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya); Seneng ngafirke marang liyane (senang mengkafirkan kepada orang lain); Kafire dewe dak digatekke (kafirnya sendiri tak dihiraukan); Yen isih kotor ati akale 2X (jika masih kotor hati dan akalnya). Sekali lagi, urusan Kafir, Musyrik / Syirik adalah bersifat pribadi, hanya hati seseorang itu sendiri dan Tuhan yang mengetahui. Hanya Tuhan lah yang berhak memberi sebutan seperti itu.
Bulan Muharram telah di depan mata, marilah kita sambut Tahun Baru Hijriyah ini dengan suka cita dan sebagai sarana introspeksi diri apa yang sudah kita lakukan setahun yang lalu dan membenahinya di tahun depan. Adapun yang bisa kita lakukan selama bulan Muharram diantaranya:
  1. Perbanyak Istighfar dan pengampunan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  2. Berpuasa Sunnah pada tanggal 10 Muharram;
  3. Perbanyak Introspeksi diri di malam hari;
  4. Perbanyak sedekah kepada fakir miskin, anak yatim, dan yang membutuhkan;
  5. Tapa Mbisu (Menjaga pembicaraan terhadap kata-kata kotor);
  6. Jika Anda memiliki tradisi tertentu, silakan diamalkan menurut kepercayaan Anda tanpa menghilangkan esensi utama yaitu karena Gusti Allah (Karena Tuhan Yang Maha Esa);
  7. Kurangi kegiatan-kegiatan yang mengumbar kesenangan sesaat, seperti jalan-jalan, foya-foya, dan perbanyak berdiam diri mengendalikan ego.
  8. Jangan pernah mejustifikasi bahwa seseorang itu Musyrik / Syirik, karena kita tidak tahu sampai mana tingkat keimanan kita sendiri. Atau justrukita sendiri malah yang syirik ke orang,hehhee….
Tulisan ini Saya tulis berdasarkan pengalaman historis, kebudayaan lokal Indonesia dengan Pendekatan Ilmu Sosial. Semoga bermanfaat dan mohon maaf apabila ada kekurangan baik disengaja maupun tidak. Apabila ada kelebihan dalam tulisan ini maka kelebihan itu semata-mata dari Tuhan Yang Maha Esa, dan apabila terdapat kesalahan itu semata-mata kesalahan Saya Pribadi. SALAM WILUJENG RAHAYU.